BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 01 Januari 2010

Pengakuan SDM Indonesia Di Dunia Internasional

Perangkat komputer personal telah membuat proses inovasi lebih demokrasi secara
radikal (Turkle, 1996). Yang semula hanyalah mereka yang memiliki dana dan fasilitas
untuk perangkat komputer besar. Pada saat ini beberapa pekerjaan dapat dilakukan
dengan perangkat personal komputer.
Salah satu masalah terbesar di Indonesia dalam era pesaingan global ini adalah lemahnya
kualitas SDM. Kemampuan tenaga kerja TI dari Indonesia di dunia international masih
belum dipercaya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
•Belum terdengarnya kiprah tenaga kerja TI Indonesia di dunia pengembangan
perangkat lunak di tingkat global. Di samping itu sebagian kiprah tetap di bawah
nama perusahaan pemberi lisensi bukan berdiri sendiri. Hal ini menjadikan para
tenaga TI Indonesia makin tidak terdengar karyanya, walau diyakini kualitas karya
dari tenaga kerja TI Indonesia sudah cukup baik.
•Salah satu penghambat itu adalah sulitnya ``barrier'' untuk menembus hingga diakui
menjadi developer tingkat dunia. Modal untuk perangkat lunak yang berbiaya tinggi,
sertifikat agar dapat bergabung mejadi ``technical developer network'', sertifikat
untuk menjadi programmer yang diakui oleh suatu produk. Semua itu membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Sehingga menjadikan makin sedikit para programmer yang
mampu memenuhinya.
•Hambatan lain adalah dikenalnya Indonesia sebagai negara pembajak perangkat
lunak. Secara psikologis ini menyebabkan adanya citra bahwa para programmer
Indonesia kurang kreatif, sehingga lebih menyukai membajak perangkat lunak
daripada melakukan modifikasi atau membuat sendiri. Secara tidak sadar hal ini
makin menyulitkan diakuinya tenaga kerja TI Indonesia di pasaran dunia.
Pola pengembangan perangkat lunak Open Source seperti pada GNU/Linux memberikan
harapan cerah untuk memperkenalkan kemampuan para tenaga kerja TI Indonesia di
pasar dunia. Hambatan-hambatan di atas dapat di atasi dengan memanfaatkan pola
pendekatan Open Source. Karena pola Open Source memberikan kemungkinan sebagai
berikut :
≈ Keterlibatan seorang programmer pada Open Source akan meningkatkan reputasi
tenaga kerja TI Indonesia. Pada pola Open Source ini reputasi lebih dipentingkan
daripada kepemilikan sertifikasi dan pembayaran menjadi jaringan pengembang ala
pengembang perangkat lunak proprietari. Dikenalnya para pengembang perangkat
lunak Indonesia ini jauh lebih mudah melalui jalur Open Source, sebab tinggal
bergantung pada kemauan dan kemampuan mereka. Keterlibatan tenaga kerja
pengembang di dalam pengembangan Open Source ini tidak saja bagi mereka yang
bekerja sebagai programmer, tetapi juga bagi mereka yang mengerjakan dokumentasi,
pelaporan bug, dan lain sebagainya. Penghargaan dan kenaikan reputasi terhadap
mereka yang menyumbangkan patch (perbaikan) atau laporan bug akan lebih
diterima, sebab semua akan diumumkan secara terbuka. Tidak tertimbun secara
tertutup dalam dokumentasi perusahaan pembuat perangkat lunak. Penemuan bug
akan mendapat tempat khusus dalam komunitas Open Source, tidak ditutupi seperti
halnya dalam pola Closed Source.
≈ Barrier untuk memasuki bisnis TI menjadi jauh lebih rendah, kebutuhan perangkat
keras yang lebih rendah, harga perangkat lunak yang rendah, serta tidak
dibutuhkannya biaya lisensi serta biaya untuk menjadi developer. Kebutuhan
dokumen dan akses pengetahuan dapat diperoleh secara lebih mudah (Wiryana dan
Wicaksana, 1999).
≈ Pola Open Source memungkinkan para pengguna komputer dan para developer di
Indonesia menggunakan perangkat lunak secara murah dan legal. Citra sebagai
bangsa pembajak dapat dihilangkan dengan menggunakan Open Source. Hal ini
disebabkan sistem lisensi yang diterapkan Open Source memperbolehkan proses
duplikasi tersebut.
Dengan berpartisipasi dalam proyek Open Source berarti programmer telah menimba
pengalaman dalam berpartisipasi dalam proyek yang berukuran besar. Mereka yang
terlibat dalam proyek Open Source akan mendapat ``bayaran tambahan'' berupa apresiasi
publik, tukar menukar pikiran, pengaruh baik pada metoda disain mendatang. Bagi
perusahaan yang ingin mengontrak para pengembang tersebut, paradigma Open Source
menyebabkan mereka tidak perlu repot-repot membuktikan kualifikasi dengan pola
konvensional, misal reference, atau proses interview yang memakan waktu. Cukup dari
hasil kerja dan reputasi dari programmer atau kelompok developer tersebut. Artinya yang
menerima keuntungan bukan saja programmer tetapi juga pihak yang ingin
mempekerjakan programmer.

0 komentar: